Massa Wahana Tri Tunggal (WTT) tak sedetik pun membiarkan proses pengukuran lahan calon lokasi bandara internasional Kulonprogo, di wilayah Kecamatan Temon, lepas dari pengawasan mereka.
Sepanjang pengukuran dilakukan tim BPN di hari kedua, Rabu (25/11/2015), massa WTT selalu menguntit dan memantau di lokasi.
Sekumpulan massa WTT tersebut bahkan selalu mengikuti kemana pun para petugas pengukur pergi.Setiap pergeseran atau perpindahan lokasi dalam proses pengukuran oleh satgas A dan pendataan oleh satgas B, massa WTT pasang mata.
Humas WTT, Agus Subianto, mengatakan sementara ini proses pengukuran berjalan tanpa adanya gejolak yang menonjol.
Pasalnya, antara petugas BPN dan warga WTT atau yang menolak pengukuran lahan bandara, sejauh ini tidak saling bersinggungan.
“Petugasnya masih mengukur yang boleh diukur. Tapi kami selalu awasi, ikuti, kalau mengukur tanah warga WTT atau yang tidak diizinkan warga akan kami cegah,” kata Agus, saat ikut mengawasi pengukuran di tanah tegalan Dusun Kepek Glagah.
Pemantauan yang dilakukan massa WTT itu tidak hanya untuk memastikan lahan tidak diukur petugas. Namun, menurutnya, massa WTT juga waspada jika mungkin di lapangan terjadi intimidasi.
Pengurus WTT lainnya, David, menambahkan bahwa warga yang menolak tanahnya diukur oleh tim BPN tidak hanya anggota WTT tetapi ada pula dari kalangan warga non WTT.
Mereka memiliki inisiatif di luar kesepakatan WTT untuk menyatakan penolakan.
“Ada banyak yang memasang papan berisi larangan pengukuran tapi bukan dari anggota WTT. Itu inisiatif mereka sendiri,” katanya.
Ketua WTT, Martono, membenarkan sepanjang proses pengukuran mulai hari pertama hingga hari kedua pada Rabu, massa WTT tetap berjaga-jaga hingga sesi pengukuran setiap harinya selesai.
Meski demikian, Martono menegaskan warga WTT waspada sepanjang hari untuk mengantisipasi jika ada pengukuran di malam hari.
Dalam dua hari pengukuran ini, Martono mengakui massa WTT selalu mengikuti setiap petugas ukur dari BPN yang turun lapangan.
“Hari ini tidak ada gejolak. Tapi kami selalu awasi setiap pengukuran. Hari pertama kemarin sampai pukul 17.00,” ujar Martono.
Sebagaimana hari pertama, di hari kedua ini BPN DIY juga melakukan pengukuran secara serentak di lima desa terdampakbandara di wilayah Kecamatan Temon.
Sebanyak 15 tim turun lapangan yang masing-masing tim dikawal oleh 7 orang personil Polres Kulonprogo untuk melakukan pengukuran per bidang tanah. Mengingat adanya penolakan dari WTT, petugas mengutamakan lahan yang sudah siap atau diizinkan pemiliknya.
tribunjogja.com
0 komentar:
Posting Komentar